Nama : Chintya Hermawanti
Npm : 11512595
Kelas : 3PA11
A. Pengertian
Terapi Kelompok
Terapi
kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa
yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di
Indonesia dalam Sitohang, 2011).
Terapi
kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep dalam
Sitohang, 2011).
Terapi
Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang
telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu
atau lebih dalam hal:
1. Kesadaran
dan pengertian diri sendiri.
2. Memperbaiki
hubungan interpersonal.
3. Perubahan
tingkah laku.
B. Cara Melakukan Terapi Kelompok
1. Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien mengenai
masalahnya yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun
terapis juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut juga sebagai tahap kontrak antara
terapis dengan klien, karena pada tahap ini terdapat persetujuan dan komitmen
antara terapis dan klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan perubahan tingkah
laku melalui terapi kelompok.
2. Tahap
Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Terapis dan para anggota terapi (klien) mengidentifikasi
permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan
masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau ruangan pelaksanaan terapi
kelompok, frekuensi pertemuan, lama pertemuan dan waktu yang dibutuhkan.
3. Tahap
Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota untuk membentuk suatu kelompok harus
dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari
keterlibatannya dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus
mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan tujuan, persamaan jenis kelamin
untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan umur
4. Tahap
Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan
kelompok akan muncul dalam tahap ini sehingga dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok. Oleh
karena itu, pada tahap ini terapis memegang peranan penting untuk dapat
membantu kelompok mencapai tujuan.
5. Tahap
Evaluasi dan Terminasi
Dalam langkah ini terapis perlu melihat sejauh mana keberhasilan
terapi kelompok yang telah dijalankan melalui evaluasi. Berdasarkan hasil
evaluasi, maka dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi
dilakukan berdasakan pertimbangan dan alasan mengenai tujuan individu maupun
kelompok tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal
mencapai tujuan-tujuannya, serta keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu
atau lebih anggota kelompok.
C. Manfaat Terapi
Kelompok
1. Membentuk sosialisasi.
2. Meningkatkan identitas diri.
3. Menyalurkan
emosi secara konstruktif.
4. Meningkatkan
keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
5. Meningkatkan
kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan
atau dari orang lain.
6.
Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif
7. Bersifat
rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial, kepercayaan
diri, kemampuan empati, dan meningkatkan
kemampuantentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
kemampuantentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
D.
Kasus – Kasus yang Diselesaikan Dalam Terapi Kelompok
1. Kecanduan alcohol, rokok, dan obat-obatan terlarang
2. Kecemasan yang berlebihan
3. Kemalasan bekerja
4. Konflik antar pegawai
5. Kenakalan remaja
6. kekerasan seksual
7. Perilaku kekerasan pada penderita
skizofrenia
8. Stress dalam menghadapi penyakit
9. Permasalahan hubungan sosial
E. Contoh Kasus Dalam Terapi
Kelompok
Mila adalah Seorang mahasiswa tingkat tiga
di salah satu Universitas ternama di kota Makassar. Mila dalam keseharian
dikenal sebagai seorang mahasiswa yang ramah oleh teman-temannya. Tidak ada
yang salah dalam perilakunya, namun lain halnya bagi teman-teman dekat Mila.
Mereka merasa bahwa Mila memiliki kecemasan yang berlebihan, sehingga setiap
saat harus ditemani oleh temannya. Terutama dalam hal-hal yang membutuhkan
pilihan. Bagi teman-temannya, perilaku Mila yang terlalu bergantung pada orang lain
cukup mengganggu, mereka mengkhawatirkan apa yang akan terjadi jika tidak ada
mereka disamping Mila. Setelah melakukan wawancara langsung dengan Mila yang
dibungkus dalam bentuk curhat-curhatan, Mila mengaku bahwa ia menjadi seperti
itu karena Mila yang juga merupakan anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan
di keluarganya sewaktu kecil segalanya diuruskan oleh orang tua dan
kakak-kakaknya. Mila mengatakan bahwa pernah sekali ia bermain dengan ayahnya,
ketika sang ayah tidak melihat Mila yang tengah bersembunyi dibalik tembok dan
tiba-tiba mengagetkan ayahnya. Namun, ternyata ayahnya langsung jatuh dan
kejang-kejang sambil memegang dadanya, dan setelah dirujuk ke dokter diketahui
bahwa ayahnya terkena penyakit jantung. Mila sangat sedih dan ketakutan dan
mengaku bahwa saat itulah pertama kalinya ia dimarahi habis-habisan oleh
kakak-kakaknya. Pada kasus tersebut dapat ditangani dengan metode penanganan gestal:
Terapi kelompok, klien dalam terapi kelompok biasanya merasakan kelegaan dan
harapan karena menyadari bahwa masalah mereka tidaklah unik. Terapi kelompok
memberi mereka dukungan situasiyang kondusif untuk diskusi yang terus terang
mengenai dorongan dan metodekontrak diri. Selain adanya keinginan dari klien
untuk melakukan perubahan, dukungan dari luar juga mempengaruhi. Didalam terapi
kelompok klien diberikan dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya
sehingga dapat membantu terjadinya perubahan perilaku pada klien.
Sumber :
Sihotang, L. (2011). Pengaruh
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol. Medan: USU: Tidak diterbitkan.
Slamet, I.S.S & Markam, S. (2007). Pengantar psikologi klinis. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Tomb, D.A. (2003). Buku
Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta: EGC